Selasa, 22 November 2011

Asal Mula Ikan Pesut, Cerita Rakyat Kalimantan Timur

Asal Mula Ikan Pesut, Cerita Rakyat Kalimantan Timur





Konon tinggallah sekelompok keluarga yang berdiam diantara kota Bangun dan Muara Muntai. Diantara mereka ada yang bernama Pak Ipung. Pak Ipung mempunyai seorang istri dan dua orang anak, laki-laki dan perempuan yang masih kecil.


Spoiler for pesut



Seperti penduduk lain, pekerjaan Pak Ipung adalah bertani dan menangkap ikan. Pada suatu hari, istri Pak Ipung jatuh sakit sehingga ia tidak dapat ikut suaminya ke ladang. Penyakit istri Pak Ipung dari hari ke hari bukannya membaik, tetapi makin parah.

Telah banyak dukun diminta bantuannya untuk memberikan pertolongan. Ia juga diobati dengan bebelian yaitu upacara adat yang dilakukan dukun belian untuk mengobati si sakit. Akan tetapi, tidak membawa hasil juga. Akhirnya atas kehendak Yang Maha Kuasa, istri Pak Ipung meninggal dunia.

Spoiler for pesut


Kini, tugas Pak Ipung bertambah. Selain ke kebun dan mencari ikan, ia juga mengurus rumah tangga dan kedua anaknya.

Hari berjalan terus hi ngga tibalah saatnya diadakan acara Pelas Tahun di Kampung Pak Ipung. Pelas Tahun adalah upacara adat suku pedalaman Kalimantan sebagai tanda terima kasih kepada Sang Hyang yang telah memberikan panen yang baik.

Pak Ipung datang ke upacara adat itu dan mengikuti pesta adat dengan menari dan menyanyi bersahut-sahutan. Ia menari dengan seorang gadis cantik.

Setelah sekian lama menduda, muncul keinginan Pak Ipung untuk memperistri gadis itu. Ternyata Pak Ipung tidak bertepuk sebelah tangan. Si Gadis bersedia menjadi istri Pak Ipung.

Pada bulan-bulan pertama kehidupan rumah tangga, keluarga ini sangat cocok satu sama lain. Istri Pak Ipung sangat baik kepada kedua anak tirinya. Ia memelihara mereka dengan kasih sayang seperti anak kandung sendiri.

Hari berjalan terus. Keadaan rumah tangga Pak Ipung yang bahagia itu tidak dapat berjalan lama. Istri Pak Ipung mulai kesal kepada anak tirinya. Ia mulai mengurangi makanan mereka.

Ia pun menghukum mereka jika mereka tidak melaksanakan perintah dengan baik. Anak-anak itu juga disuruh mengambil kayu api di hutan. Tiap anak harus mengambil kayu api sesuai dengan bagian yang sudah ditentukan.

Pada suatu hari, kedua anak itu pergi ke hutan mencari kayu api. Akan tetapi hari itu mereka kuranga mujur. Sampai matahari condong ke barat, mereka belum berhasil mengumpulkan kayu sesuai dengan bagian yang telah ditetapkan. Karena takut dimarahi ibu tiri, mereka memutuskan untuk bermalam di hutan.

Keesokan harinya ketika terbangun mereka merasa lapar karena belum makan seharian. Oleh karena itu, mereka berjalan di hutan mencari buah-buahan yang dapat dimakan.

Telah berjam-jam mereka mencari buah tetapi belum juga menemukannya. Sampai di suatu tempat mereka bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tua itu bertanya, "Apa yang kalian cari di tengah hutan lebat ini?"

Mereka menjelaskan bahwa mereka disuruh mencari kayu bakar oleh ibu tiri mereka. Akan tetapi sampai menje lang malam, bagian yang sudah ditetapkan ibu tiri belum dapat mereka penuhi.

Mereka tidak berani pulang terpaksa bermalam di hutan. kini mereka sedang mencari buah untuk dimakan sebab mereka belum makan seharian.

Kakek tua itun menyarankan agar mereka menuju ke utara. Di sana mereka akan menemukan sebuah pohon yang amat lebat buahnya. "Buah itu sangat lezat rasanya. Kalian boleh mengambil sesukanya. Tetapi ingat kalian tidak boleh pergi dua kali mengambil buah itu", kata kakek tua itu.

Anak-anak itu pun pergi ke arah yang ditunjuk kakek tua. Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Pohon itu sangat lebat dan ranum buahnya. Kakaknya yang laki-laki segera memanjat pohon itu, sedangkan adiknya menunggu di bawah. Ia mengumpulkan buah-buah yang dipetik kakaknya.

Setelah merasa cukup kakaknya turun. Mereka makan buah sekenyang-kenyangnya. Ingat akan pesan kakek tua yang menolong mereka sisa buah itu mereka bawa sebagai bekal karena mereka tidak bo leh pergi mengambil dua kali buah pohon itu.

Kedua anak itu pun kembali berjalan tanpa arah menurut kehendak kaki. Setelah beberapa hari mengembara di hutan, persediaan makanan mereka habis. Akhirnya, mereka memutuskan kembali ke rumah dengan harapan ibu tiri tidak marah lagi.

Ketika mereka masuk ke rumah, kedua orang tua mereka tidak ada. Semua perkakas rumah juga tidak ada. Mereka menanyakan kepada tetangga. Tetangga menjelaskan bahwa orang tua mereka sudah pindah. Setelah mendengar penjelasan itu mereka pun meninggalkan rumah. Akan tetapi, mereka tidak tahu ke mana arah tujuan.

Setelah berjalan seharian, mereka tiba di ladang yang tidak berpenghuni. Di ladang itu juga terdapat pondok. Mereka menemukan makanan di dalam pondok. Karena rasa lapar makanan itu mereka makan.

Keesokan harinya pagi-pagi benar mereka melanjutkan perjalanan. Menjelang tengah hari mereka sampai di tepi sungai. Ketika sedang melepaskan lelah, tiba-tiba muncul seorang tua do h adapan mereka.

Orang tua itu bertanya, "Apa kerja kalian di hutan ini dan dimanakah orang tua kalian?" Kakaknya menjawab bahwa mereka sedang mencari orang tua mereka yang pindah entah ke mana.

Orang tua itu menasihati agar mereka berjalan menuju hulu sungai. Di sana mereka akan menemukan pohon yang rebah melintangi sungai. Mereka disuruh menyeberang sungai lewat pohon tumbang itu dan akan menemukan sebuah pondok yang baru didirikan. Itulah pondok orang tua mereka.

Setelah mendengar penjelasan orang tua itu dan mengucapkan terima kasih, mereka melanjutkan perjalanan sesuai petunjuk orang tua tadi. Benar juga, tidak lama berjalan, mereka menemukan pohon rebah melintangi sungai, Mereka menyeberangi sungai lewat pohon itu. Setelah berjalan beberapa saat mereka menemukan pondok yang baru didirikan.

Mereka masuk ke dalam pondok tetapi pondok itu tidak berpenghuni. Mereka melihat periuk besi terjerang di atas tungku. Terdorong rasa lapar, nasi ketan dalam periu k itu mereka makan sampai habis tanpa merasakannya.

Setelah nasi habis dimakan, tiba-tiba seluruh tubuh mereka terasa panas. Mereka pun keluar rumah menuju sungai untuk mendinginkan tubuh. Mereka berlari sambil membuka baju dan melemparkan baju ke tanah.

Menurut yang empunya cerita pada waktu mereka berlari menuju sungai semua tanaman dan tumbuhan yang mereka lewati habis terbakar. Setiba di sungai mereka segera menceburkan diri. Mereka timbul tenggelam sambil menyemburkan air dari hidung.

Ketika orang tua mereka kembali dari ladang, mereka terkejut melihat dua helai baju ada di halaman pondok. Mereka yakin bahwa baju itu baju anak mereka. Apa yang terjadi pada mereka setelah lama tidak pulang ? Mereka juga melihat pohon-pohon, rumput dan tumbuh-tumbuhan sepanjang jalan menuju sungai hangus terbakar.

Pak Ipung dan istri mengikuti jalan itu. Setiba di sungai mereka melihat dua ekor ikan timbul tenggelam berenang menuju hulu sungai sambil menyemburkan air dari hidung. Pak Ipung dan istri yakin bahwa dua ekor ikan itu adalah anak mereka. Mereka sangat sedih terlebih istri Pak Ipung. Ia sangat menyesali segala perbuatannya terhadap kedua anak tirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar